Thursday, May 16, 2013

HIKMAH DISYARI’AHKANNYA SHALAT (praktek tafsir maudlu'i)


HIKMAH DISYARI’AHKANNYA SHALAT
1.      Pendahuluan
a.       Latar Belakang
Dalam dunia akademisi, kita dituntut selalu kritis dalam menghadapi masalah apapun. Termasuk didalamnya masalah agama. Dalam masalah agama ini, kita sebagai manusia biasa tidak bisa mengkritisi atau meggali lebih dalam lagi pengetahuan tentangnya tanpa perantara Nabi atau Rasul, kita tidak bisa mencari ‘illat-‘illat hokum yang tidak dijelaskan dalam teks al-Qur’an maupun al-Sunnah. Di dalam agama kita tidak tahu mengapa itu diwajibkan dan mengapa itu dilarang. Kita hanya mengimani dan mengamalkanya tanpa mengkritisi atau tanpa tahu mengapa hokum harus seperti itu. Akan tetapi, tidak mungkin suatu hokum ada tanpa tujuan hikmah yang tersembunyi di balik hokum itu.
Salah satu dari hokum itu adalah shalat. Shalat pada zaman akhir-akhir ini banyak diabaikan dan dilalaikan oleh ummat ini, padahal shalat adalah sebagian dari agama ini. Oleh karena itu Dalam makalah ini kami mengambil tema hikmah disyri’ahkannya shalat.
b.      Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mencari hikmah shalat untuk menambah semangat dalam menegakkan agama ini dengan semangat mendiri salah satu tiangnya, yaitu shalat.
2.      Ayat yang berhubungan dengan shalat
kata yang berhubungan dengan “shalat” dalam al-qur’an terdapat lima bentuk. Di antaranya, المصلين lafadz ini disebutkan sebanyak tiga kali,  مصلَّى satu kali, صلاة sebelas, dan صلوات enam, dan الصلاة terdapat dalam 65 ayat. Jika dijumlah, maka ayat yang berhubungan dengan kata shalat sebanyak 76 ayat[1].

3.      Fokus Ayat
Dari beberapa ayat yang berhuubungan dengan shalat, ada salah satu ayat yang berhubungan dengan hikmah shalat, yaitu QS. al-Ruum:45 bunyinya sebagaimana berikut:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
4.      Kata kunci dan analisis makki madani.
Dari ayat tersebut, diambil beberapa kata kunci yang mengarah pada tema di atas. Kata – kata tersebut adalah:
a.    أَقِمِ lafadz ini, dalam bentuk ini, yaitu sighat amar untuk mukhatab mufrad dari lafadz أقام, dalam al – Qur’an disebutkan sebanyak tujuh kali. Perhatikan table berikut.
No
Surat
Ayat
Madaniyah
Makkiyah
1
Hud
114
ü   

2
al – Isra’
78
ü   

3
Thaha
14

ü   
4
al – ‘Ankabut
45

ü   
5
al – Rum
30

ü   
6
al – Rum
43

ü   
7
Luqman
17

ü   
Dari beberapa data di atas semua lafadz أَقِمِ bermakna dirikanlah yaitu yang berhubungan dengan shalat, kecuali pada QS. al-Ruum, pada surat ini lafadz أَقِمِ bermakna “hadapkanlah”, dalam dua ayat tersebut lafadz أَقِمِ berkaitan dengan lafadz وجه.
Selain itu, setiap perintah shalat dalam al-Qura’n selalu menggunakan lafadz أَقِم,ِ tidak menggunakan fi’il ‘amar dari lafadz lain seprti if’al atau i’mal, hal ini menunjukkan adanya hubungan dengan hadits yang menyatakan bahwa shalat adalah salah satu tiang agama, yang mana jika salah satu tiangnya tidak didirikan maka, agama itu akan roboh.
b. الصَّلَاةَ
Ayat yang berhubungan dengan kata kunci, dalam al-qur’an terdapat beberapa bentuk. Yaitu sebagai berikut:
1.    الصَّلَاةَ kata ini dalam al qur’an disebutkan dalam 65 ayat[2]. Lebih jelasnya perhatikan table di bawah berikut Makki dan Madaninya ayat – ayat ini.

No
Surat
Ayat
Madaniyah
Makkiyah
1
al – Baqarah
3
ü   

2
al – Baqarah
43
ü   

3
al – Baqarah
45
ü   

4
al – Baqarah
83
ü   

5
al – Baqarah
110
ü   

6
al – Baqarah
153
ü   

7
al – Baqarah
177
ü   

8
al – Baqarah
238
ü   

9
al – Baqarah
277
ü   

10
al – Nisa’
43
ü   

11
al – Nisa’
77
ü   

12
al – Nisa’
101
ü   

13
al – Nisa’
102
ü   

14
al – Nisa’
103x3
ü   

15
al – Nisa’
142
ü   

16
al – Nisa’
162
ü   

17
al – Maidah
6
ü   

18
al – Maidah
12
ü   

19
al – Maidah
55
ü   

20
al – Maidah
58
ü   

21
al – Maidah
91
ü   

22
al – Maidah
106
ü   

23
al – An’am
72

ü   
24
al – A’raf
170
ü   

25
al – Anfal
3
ü   

26
al – Taubah
5
ü   

27
al – Taubah
11
ü   

28
al – Taubah
18
ü   

29
al – Taubah
54
ü   

30
al – Taubah
71
ü   

31
Yunus
87

ü   
32
Hud
114
ü   

33
al – Ra’d
22
ü   

34
Ibrahim
31

ü   
35
Ibrahim
37

ü   
36
Ibrahim
40

ü   
37
al – Isra’
78
ü   

38
Maryam
31

ü   
39
Maryam
55

ü   
40
Maryam
59

ü   
41
طه
14

ü   
42
طه
132

ü   
43
al – Anbiya’
73

ü   
44
al – Haj
35
ü   

45
al – Haj
41
ü   

46
al – Haj
78
ü   

47
al – Nur
37
ü   

48
al – Nur
56
ü   

49
al – Nur
58x2
ü   

52
al – Naml
3

ü   
53
al – Ankabut
45x2

ü   
54
al – Rum
31

ü   
55
Luqman
4

ü   
56
Luqman
17

ü   
57
al – Ahzab
33
ü   

58
Faathir
18

ü   
59
Faathir
29

ü   
60
al – Syuraa
38

ü   
61
al – Mujadalah
13
ü   

62
al - Jum’ah
9
ü   

63
al - Jum’ah
10
ü   

64
al – Muzzammil
20
ü   

65
al – Bayyinah
5
ü   


2.    صلاة lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan sebelas kali[3]. perhatikan table berikut:
No
Surat
Ayat
Madaniyah
Makkiyah
1
al - An’am
92

ü   
2
al - An’am
162

ü   
3
al – Anfal
35

ü   
4
al – Taubah
103
ü   

5
Hud
87

ü   
6
al – Isra’
110

ü   
7
al – Nur
41
ü   

8
al – Mu’minun
2

ü   
9
al – Ma’arij
23

ü   
10
al – Ma’arij
34

ü   
11
al – Ma’un
5
ü   


3.    صلواث lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan enam kali[4]. perhatikan table berikut:
No
Surat
Ayat
Madaniyah
Makkiyah
1
al – Baqarah
158
ü   

2
al – Baqarah
238
ü   

3
al – Taubah
99
ü   

4
al – Haj
40
ü   

5
al – Mu’minun
9

ü   

4.    المصلين lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan tiga kali kali, yaitu dalam QS. al – Ma’ari:22, QS. al – Muddatstsir:43 dua ayat ini merupakan ayat makkiyah, sedangkan yang satunya merupakan ayat madaniyah, yaitu QS. al - Ma’un:4.[5]
5.    مصلى lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. al Baqarah:125. Ayat ini merupakan ayat Madaniyah.[6]
Secara kesuluruhan, tidak ada perbedaan yang mencolok tentang makna shalat pada setiap ayat yang ada di atas, yaitu ‘ibadah yang lumrah kita lakukan stiap hari. Selain itu juga ada yang bema’na bershalawat.
Dari beberapa ayat tersebut, ada salah satu yang menarik, yaitu pada QS. al-‘Ankabuut:45. Dalam tafsir al-Thabaary diterangkan bahwa para ahli ta’wil berbeda penadapat tentang makna shalat yang ada pada ayat tersebut.
Dari beberapa perbedaan tersebut ada yang mengatakan bahwa shalat yang dimaksud adalah Qur’an yang dibaca ketika shalat. juga ada sebuah hadits yang menerangkan tentang itu, sebagai mana di bawah ini.
قال علي: وحدثنا إسماعيل بن مسلم، عن الحسن، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "من صلى صلاة لم تنهه عن الفحشاء والمنكر لم يزدد بها من الله إلا بعدا"
Al Maroghi sangat tegas mengingatkan : Sesungguhnya Allah telah memerintah kita untuk menegakkan sholat, yaitu dengan mendatanginya secara sempurna, yang memberikan hasil setelah sholat itu pelakunya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar, baik mungkar yang nampak maupun yang tersembunyi sebagaimana firman Allah tersebut di atas. Maka jika pengaruh itu tidak ada dalam jiwanya, sesunggunya sholat yang ia lakukan itu hanyalah bentuk gerakan dan ucapan-ucapan yang kosong dari ruh ibadah, yang justru menghilangkan ketinggian dan kesempurnaan arti sholat. Allah telah mengancam terhadap pelaku sholat dengan kecelakaan dan kehinaan. Fawailun li al-musholliin al-ladziina hum fii sholaatihim saahuun, artinya Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.
Dari beberapa keterangan di atas dapat kita pahami bahwa shalat yang dmaksud adalah shalat yang benar-benar shalat, yaitu semua syarat dan rukunnya tidak ada yang salah, baik yang dzahir maupun yang bathin. Jika kita telah melaksanakan shalat, akan tetapi masih tetap berbuat fahsya’ dan munkar, maka ada kemungkinan bahwa shalat kita hanyalah sebuah gerakan dan bacaan saja yang kosong. Oleh karena itu shalat kita hanyalah sebagai penggugur kewajiban kita saja tanpa ada pengaruh positif pada diri kita.
c.  تَنْهَى
Ayat yang berhubungan dengan kata kunci, dalam al-qur’an terdapat beberapa bentuk. Yaitu sebagai berikut:
1.    نهى lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan empat kali, yaitu dalam QS. al – A’raf:20 dan QS. al – Naziat:40. Kedua ayat ini merupakan ayat Makkiyah. Juga dalam QS. al – Haj:41 dan QS al – Hasyr:7. Kedua  ayat ini merupakan ayat Madaniyah.[7]
2.    أنهى lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan dua kali, yaitu dalam QS. al – A’raf:22 dan QS. Hud:88. Kedua ayat ini merupakan ayat Makkiyah.[8]
3.    ثنهى lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan tiga kali, yaitu dalam QS. al – ‘Imran:110. Satu ayat ini merupakan ayat Madaniyah, sedangkan dua yang lainnya merupakan ayat Makkiyah, yaitu QS. Hud:62 dan QS. al – ‘Ankabut:45.[9]
4.    ننهى lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. al – Hijr:70. Ayat ini merupakan ayat Makkiyah.[10]
5.    ينهى lafadz ini dalam al Qur’an diseutkan tiga belas kali[11]. Perhatikan table berikut.
No
Surat
Ayat
Madaniyah
Makkiyah
1
al – Nahl
90

ü   
2
al – ‘Alaq
9

ü   
3
al – Mumtahanah
8
ü   

4
al – Mumtahanah
9
ü   

5
al – Maidah
63
ü   

6
al – A’raf
157

ü   
7
al – ‘Imran
104
ü   

8
al – ‘Imran
114
ü   

9
al – An’am
26

ü   
10
al – A’raf
165
ü   

11
al – Taubah
67
ü   

12
al – Taubah
71
ü   

13
Hud
116

ü   

6.    وانه lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. Luqman:17. Ayat ini merupakan ayat Makkiyah.[12]
7.    نهوا lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan lima kali[13]. Prhatikan table berikut;
No
Surat
Ayat
Madaniyah
Makkiyah
1
al – Nisa’
161
ü   

2
al – An’am
28

ü   
3
al – A’raf
166
ü   

4
al – Mujadalah
8x2
ü   


8.    نهيث lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan dua  kali, yaitu dalam QS. al – An’am:56, dan QS. Ghafir:66. Kedua ayat ini merupakan ayat Makkiyah.[14]
9.    ثنهون lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. Al – Nisa’:31. Ayat ini merupakan ayat Madaniyah.[15]

dالْفَحْشَاءِ
Ayat yang berhubungan dengan kata kunci, dalam al-qur’an terdapat beberapa bentuk. Yaitu sebagai berikut:
1.    الفحشاء lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan tujuh kali. Perhatikan table berikut.
No
Surat
Ayat
Madaniyah
Makkiyah
1
al – Baqarah
169
ü   

2
al – Baqarah
268
ü   

3
al – A’raf
28

ü   
4
Yufus
24

ü   
5
al – Nahl
90

ü   
6
al – Nur
21
ü   

7
al – ‘Ankabut
45

ü   
2.    فاحشة lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan tiga belas kali. Perhatikan table berikut.
No
Surat
Ayat
Madaniyah
Makkiyah
1
al – ‘Imran
135
ü   

2
al – Nisa’
15
ü   

3
al – Nisa’
19
ü   

4
al – Nisa’
22
ü   

5
al – Nisa’
25
ü   

6
al – A’raf
28

ü   
7
al – A’raf
80

ü   
8
al – Isra’
32
ü   

9
al – Nur
19
ü   

10
al – Naml
54

ü   
11
al – ‘Ankabut
28

ü   
12
al – Ahzab
30
ü   

13
al – Thalaq
1


3.    الفواحش lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan empat kali. Yaitu dalam QS. Al – An’am:151 dan QS. al – Najm:32. Kedua ayat ini merupakan ayat Madaniyah. Dalam QS. al – A’raf:33 dan al – Syura:37. Kedua ayat ini merupakan ayat Makkiyah.
Secara umum, arti kata fahisyah adalah perbuatan yang keji. Dalam salah satu ayat ada yang menceritakan bahwa perbuatan itu adalah perbuatan turun menurun yang dilakukan nenek moyang sebelumnya yaitu pada QS. al-A’raf:28.
eالمنكر
Ayat yang berhubungan dengan kata kunci, dalam al-qur’an terdapat beberapa bentuk. Yaitu sebagai berikut:
1.      ثنكرون lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. Ghafir:81. Ayat ini merupakan ayat Makkiyah
2.      ينكر lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan dua kali, yaitu dalam QS. al – Ra’d:13. Ayat ini Madaniyah, dan QS. al Nahl:83 yang ke-2 ini merupakan ayat makkiyah.
3.      أنكر lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. Luqman:31. Ayat ini merupakan ayat Makkiyah
4.      منكرون lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan tiga kali, yaitu dalam QS. Yusuf:58, QS. al – Anbiya’:50, dan QS. al – Mu’minun:69 Semua Ayat itu merupakan ayat Makkiyah.
5.      منكرة lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. al – Nahl:22 dan merupakan ayat Makkiyah.
6.      المنكر lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan enam belas kali. Perhatikan table berikut:

No
Surat
Ayat
Madaniyah
Makkiyah
1
al – Imran
104
ü   

2
al – Imran
110
ü   

3
al – Imran
114
ü   

4
al – Maidah
79
ü   

5
al – A’raf
157

ü   
6
al – Taubah
67
ü   

7
al – Taubah
71
ü   

8
al – Taubah
112
ü   

9
al – Nahl
90

ü   
10
al – Haj
41
ü   

11
al – Haj
72
ü   

12
al – Nur
21
ü   

13
al – ‘Ankabut
29

ü   
14
al – ‘Ankabut
45

ü   
15
Luqman
17

ü   

7.      منكرا lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. al – Mujadalah:2, ayat ini merupakan ayat madaniyah.
8.      منكرون lafadz ini dalam al Qur’an disebutkan dua kali, yaitu dalam QS. al – Hijr:62, QS. al – Dzariyat:25 dua ayat ini merupakan ayat makkiyah.
Dari babarapa ayat, salah satunya adalah QS. al-‘Imran:104, menunjukkan bahwa kata منكر adalah lawan kata dari معروف. Ma’ruf sendiri dapat diartikan sebagai segala perbuatan yang dapat mendekatkan diri pada Allah. Dari sini kita dapat mengartikan kata Munkar sebagai segala perbuatan yang menjauhkan diri dari Allah.
5.      Analisis Asbabun Nuzul
Secara al-Riwayah, dari kitabالصحيح المسند من أسباب النزو, dan أسباب نزول القرآن, QS. al – ‘Ankabut:45 tidak terdapat di dalamnya, oleh karena itu tidak ada sebab – sebab/konteks secara riwayah dalam turunnya ayat ini. Namun secara dirayah, kita tahu bahwa ayat ini adalah ayat makkiyah. Oleh karena itu, kita bisa melihat konterks ayat ini dengan melihat sejarah masyarakat mekkah. Dari sejarah tersebut kita dapat mengetahui apa saja perbuatan fahsya’ dan munkar tersebut.
Kehidupan masyarakat mekkah sebelum masuknya islam dikenal dengan zaman jahiliyah. Dalam zaman jahiliayah inilah akan banyak kita temukan perbuatan-perbuatan fahsya’ dan munkar.
Sebelum islam datang, masyarakat mekkah memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sangat buruk. Mereka suka berjudi, meminum minuman keras, menyembah barhala, dan lain sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut dilakukan bersama-sama. Tak jarang dari mereka yang suka merampok, sehingga sering terjadi perkelahian antar suku.
Cara makan dan minum mereka masih sangat buruk. Mereka biasa memakan daging dari hewan yang sudah mati atau bangkai. Selain itu, di antara mereka ada suku yang mempunyai moral yang sangat buruk, yaitu mengubur anak perempuan hidup-hidup. Mereka menganggap anak perempuan tidak berguna dan hanya menyusahkan orang tua. Oleh karena itu mereka merasa malu apabila memiliki anak perempuan.
Dari sejarah masyarakat mekkah tersebut kita mengetahui apa yang dimaksud dengan fahsyi dan munkar. Jadi di antara perbuatan fahsya’ dan munkar itu adalah:
1. Berjudi;           
2. Meminum minuman keras;      
3. Menyembah barhala;   
4. Merampok;      
5. Memakan bangkai;      
6. Mengubur anak perempuan hidup-hidup
Tentunya masih ada lagi perbuatan-perbuatn kedalam katagori fahsya’ dan munkar yang ada pada masyarakat jahiliyah dulu. Namun dari beberapa referensi kami, hanya itu yang dapat kami temukan.
6.       Analisis Qira’ah
Dalam fokus ayat ini terdapa lima kalimat sempurna, yaitu;      
1.
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ  
2.
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ          
3.
 إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ والمنكر  
4.
وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ      
5. 
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Dari lima kalimat tersebut dua diantaranya adalah susunan fi’liyah yang berupa fi’il amar, dan tiga lainnya berupa susunan ismiyah. Dari kalimat yang nomer tiga, di situ terdiri dari susunan ismiyah yang kemasukan salah satu ‘amil nawasikh yang berupa inna, yang mana dalam ilmu nahwu diterangkan bahwa inna tersebut memiliki faidah/makna ta’kid, yaitu sebuah penekanan supaya informasi tersebut tidak diragukan lagi. Kalimat tersebut apabila dipisah-pisah dan dianalisis per-kata-nya, adalah sebagai berikut.
«إِنَّ الصَّلاةَ» إن واسمها «تَنْهى» مضارع فاعله مستتر والجملة خبر إن «عَنِ الْفَحْشاءِ» متعلقان بالفعل «وَالْمُنْكَرِ» معطوف على الفحشاء
7.      Analisis Munasabah
Dalam analisis munasabah ini kita akan melihat beberapa ayat sebelum dan sesudah ayat fokus untuk mendapatkan kandungan makna yang ada dalam fokus ayat ini. Ayat-ayat teersebut adalah sebagai berikut:
-          فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (40)
-          مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ(41)
-          إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (42)
-          وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ(43)
-          خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ (44)
-          اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ(45)
-          وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (46)
-          وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمِنْ هَؤُلَاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الْكَافِرُونَ(47(
-          وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ (48)
-          بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ (49)
-          وَقَالُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّمَا الْآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ (50)
Dari ayat-ayat tersebut dapat  diperoleh beberapa informasi sebagai berikut:
1.      Ayat pertama menjelaskan tentang adzab orang-orang yang menentang Allah, Rasulnya, dan apa-apa yang tang diwajibkannya;
2.      Memberikan informasi tentang perumpamaan orang-orang yang berlindung pada selain Allah, yaitu seperti Laba-Laba yang mana tempat berlindungnya (rumah) sangat lemah;
3.      Allah mengetahui apa yang mereka seru selain dia;
4.      Hanya orang-orang ‘Alim (berilmu) lah yang dapat menerimanya dengan akal;
5.      Allah menciptakan langit dan bumi tidak Cuma-Cuma, melainkan di balik semua itu terdapat tanda-tanda atau hikmah bagi orang-orang yang beriman;
6.      Perintah membaca kitab (al-Qur’an) dan mendirikan shalat. Selain itu juga terdapat informasi bahwa shalat dapat mencegah perbuatan fahsya’ dan munkar;
7.      Tata cara berdebat dengan orang-orang Ahli kitab;
8.      Hanya orang-orang kafir yang mengingkari ayat-ayat Allah;
9.      Informasi bahwa Nabi adalah seorang Ummy;
10.  Al-Qur’an adalah ayat-ayat nyata yang terjaga dalam hati orang-orang yang berilmu;
11.  Bentuk mu’jizat seperti apa adalah terserah pada Allah.
Dari beberapa informasi di atas dapat dipahami bahwa shalat disyri’ahkan memiliki korelasi dengan beberapa hal berikut.
·      Shalat merupakan solusi terhadap dari perbuatan-perbuatan fahsya’ dan munkar. Selain itu shalat juga merupakan sarana yang tepat dalam mendapatkan perlindungan dari Allah.
·         Sebagai manusia yang memahami terhadap tanda-tanda (ayat-ayat) dalam penciptaan langit dan bumi ini, hendaknya kita mendirikan shalat agar tidak termasuk orang-orang kafir.
8.      Penutup
o   Segala puji bagi Allah yang dengannya tugas dapat terselesaikan juga.
o   Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan pada Rasulullah SAW. yang  dengan perantaranya saya bisa mengenal al-Qur’an.
Saya senang dengan adanya tugas ini, karena dengan tugas ini saya bisa mendapatkan banyak ilmu baru, khususnya tentang tafsir. Selain itu saya juga senang karena dengan adanya tugas ini saya bisa menghasilkan karya yang sebelumnya belum pernah saya lakukan.


[1] Muhamad Fuad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-Qur’an al-Karim (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), hlm. 524 - 525
[2] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 524 - 525
[3] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 525
[4] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 525
[5] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 525
[6] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 525
[7] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 891
[8] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 891
[9] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 891
[10] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 891
[11] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 891
[12] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 892
[13] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 892
[14] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 892
[15] Fuad ‘Abd al-Baqi, “al-Mu’jam”, hal. 892

0 comments:

Post a Comment