Friday, September 11, 2015

Sunnah aunnah Haji

1.      Sunnah yang berkaitan dengan ihram
-          Mandi ketika akan memulai ihram.
      عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ: أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ تَجَرَّدَ لإِهْلاَلِهِ وَاغْتَسَلَ

      "Dari Zaid bin Tsabit Radhiallaahu anhu, bahwasanya dia pernah melihat Nabi Shalallaahu alaihi wasalam menanggalkan pakaiannya untuk berihram dan beliau mandi."


-          Memakai
wangi-wangian yang dikenakan pada tubuhnya sebelum mengucapkan talbiyah ihram.
      قَالَتْ عَائِشَةُ : (كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسُوْلَ اللهِ لإِحْرَامِهِ حِيْنَ يُحْرِمُ وَلِحِلِّهِ قَبْلَ أَنْ يَطُوْفَ بِالْبِيْتِ)

      "'Aisyah Radhiallaahu anha berkata: 'Aku pernah memakaikan wangi-wangian kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam untuk ihramnya ketika akan memulai ihram, dan setelah ber-tahallul sebelum beliau thawaf (ifa-dhah,-Pent) di Baitullah."

-          Berihram dengan mengenakan dua lembar kain ihram yang berwarna putih.
      عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: (اِنْطَلَقَ النَّبِيُّ مِنَ الْمَدِيْنَةِ بَعْدَ مَا تَرَجَّلَ وَادَّهَنَ وَلَبِسَ إِزَارَهُ وَرِدَاءَهُ هُوَ وَأَصْحَابُهُ)


      "Dari 'Abdullah bin 'Abbas Radhiallaahu anhu ia berkata: 'Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bertolak dari Madinah setelah menyisir rapi rambutnya, meminyakinya, dan mengenakan kain sarung ihram dan kain penutup pundak-nya, beliau dan para Sahabatnya.'"

      Adapun anjuran memakai kain ihram yang berwarna putih berdasar-kan hadits 'Abdullah bin 'Abbas Radhiallaahu anhu , Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
      اِلْبَسُوْا مِنْ ثِيَابِكُمْ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ وَ كَفِّنُوْا فِيْهَا مَوْتَكُمْ
      "Pakailah pakaianmu yang berwarna putih, karena sesungguhnya itulah sebaik-baik pakaianmu, dan kafanilah padanya mayat-mayat kamu".

-          Shalat di wadi 'Aqiq bagi mereka yang berihram dari Dzul Hulaifah (Bir 'Ali).
-          Mengeraskan suara ketika bertalbiyah, berdasarkan hadits as-Sa-ib bin Khallad Radhiallaahu anhu , Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
      أَتَانِى جِبْرٍيْلُ فَأَمَرَنِى أَنْ امُرَ أَصْحَابِى أَنْ يَرْفَعُوْا أَصْواتَهُمْ بِالإِهْلاَلِ وَ التَّلْبِيَةِ
      "Aku didatangi Jibril, lalu menyuruhku untuk memerintahkan kepada para Sahabatku agar mengeraskan suara-suara mereka ketika ber-ihlal atau bertalbiyah."

-          Bertahmid, bertasbih, dan bertakbir sebelum ber-ihlal. Anas bin Malik Radhiallaahu anhu berkata:
      صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ وَنَحْنُ مَعَهُ بِالْمَدِيْنَةِ الظُّهْرَ أَرْبَعًا وَ الْعَصْرَ بِذِى الْحُلَيْفَةِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ بَاتَ بِهَا حَتَّى أَصْبَحَ ثُمَّ رَكِبَ حَتَّى اسْتَوَتْ بِهِ عَلَى الْبَيْدَاءِ حَمِدَاللَّهَ وَسَبَّحَ وَ كَبَّرَ ثُمَّ أَهَلَّ بِحَجٍّ وَ عُمْرَةٍ

"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam melaksanakan shalat Zhuhur di Madinah empat rakaat, sedang kami bersama beliau, dan shalat 'Ashar di Dzul Hulaifah dua rakaat, lalu beliau tidur di sana hingga keesokan harinya, kemudian beliau mengendarai (untanya) hingga setelah berada di padang pasir terbuka, beliau memuji Allah, bertasbih dan bertakbir, lalu beliau mengangkat suaranya untuk berihram haji dan umrah."

-          Mengucapkan talbiyah ihram (niat haji atau umrah) sambil menghadap ke arah kiblat. Hal ini didasari hadits Nafi' maula 'Abdullah bin 'Umar Radhiallaahu anhu , dia berkata:
      كَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا صَلَّى بِالْغَدَاةِ بِذِى الْحُلَيْفَةِ أَمَرَ بِرَاحِلَتِهِ فَرُحِلَتْ ثُمَّ رَكِبَ فَإِذَا اسْتَوَتْ بِهِ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ قَائِمًا ثُمَّ يُلَبِّى …. وَزَعَمَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ فَعَلَ ذَلِكَ
"Adalah Ibnu 'Umar jika usai shalat di Dzul Hulaifah beliau memerintahkan untuk dipersiapkan untanya, maka dipersiapkanlah untanya, kemudian beliau menaikinya, jika telah berada diatasnya ia menghadap ke arah kiblat sambil berdiri lalu mengucapkan talbiyah untuk ber-ihram …… dan dia berkata bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berbuat demikian.
2.      Sunnah sunnah ketika memasuki kota makkah
Menginap di sebuah tempat yang bernama Dzu Thuwa (jika memungkinkan,-Pent).
Mandi dalam rangka memasuki kota Makkah. Memasuki kota Makkah di siang hari. Ketiga hal diatas berdasarkan pada apa yang dikatakan oleh Nafi':
      كَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا دَخَلَ أَدْنَى الْحَرَمِ أَمْسَكَ عَنِ التَّلْبِيَةِ ثُمَّ يَبِيْتُ بِذِى طُوَى ثُمَّ يُصَلِّى بِهِ الصُّبْحَ وَ يَغْتَسِلُ وَ يُحَدِّثُ أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ

"Adalah Ibnu 'Umar h jika telah masuk dibagian pertama tanah suci (Makkah) ia berhenti bertalbiyah, lalu bermalam di Dzu Thuwa, kemudian ia shalat Shubuh disana dan mandi, ia menceritakan bahwasanya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam -dahulu- mengerjakan hal itu."

Memasuki kota Makkah dari bagian yang tinggi, berdasarkan hadits 'Abdullah bin 'Umar Radhiallaahu anhu, ia berkata:
      كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ يَدْخُلُ مِنَ الثَّنِيَّةِ الْعُلْيَا وَيَخْرُجُ مِنْ الثَّنِيَّةِ السُّفْلَى
"Adalah Rasulullah memasuki (kota Makkah) dari daratan yang tinggi dan keluar (meniggalkannya,-Pent) dari daratan yang rendah."
Mendahulukan kaki kanan ketika memasuki Masjidil Haram, sambil mengucapkan do'a masuk Masjid:
      أَعُوْذُبِاللَّهِ الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ، بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ، اللَّهُمَّ افْتَحْ لِى أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

"Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, kepada wajah-Nya yang Mulia, dan kepada kekuasaan-Nya yang tidak berawal, dari (godaan) syaitan yang terkutuk. Dengan menyebut Nama Allah, ya Allah curahkanlah shalawat kepada Muhammad, serta salam sejahtera (baginya). Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu."

Mengangkat kedua tangan ketika melihat Baitullah (Ka'bah), karena hal ini dikerjakan oleh 'Abdullah Ibnu 'Abbas, lalu berdo'a dengan do'a-do'a yang mudah, dan jika berdo'a dengan apa yang dibacakan oleh 'Umar bin al-Khaththab, itu adalah baik, yakni sebagai berikut:
      اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَ مِنْكَ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ

"Ya Allah Engkau adalah Penyelamat (hamba-hamba-Mu dari kebinasaan), dari Engkau pula keselamatan diharapkan, maka kekalkanlah kami -wahai Rabb kami- dalam keselamatan."
3.      Sunnah sunnah thawaf
·         Ber-idhthiba'
 ketika thawaf qudum atau thawaf umrah, yaitu me-masukkan kain ihram penutup pundak dari bagian bawah ketiak kanan, lalu ujungnya diletakkan di atas pundak kiri, dengan demikian pundak kanan-nya terbuka. Berdasarkan hadits Ya'la bin Umayyah Radhiallaahu anhu: 

           "Bahwasanya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam melaksanakan thawaf sambil ber-idhthiba'."
·         Mengusap Hajar Aswad, berdasarkan hadits 'Abdullah Ibnu 'Umar Radhiallaahu anhu , ia berkata:


      "Aku melihat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ketika tiba di Makkah, apabila telah mengusap Hajar Aswad, permulaan thawafnya (yakni) beliau berlari-lari kecil sebanyak tiga putaran pertama dari tujuh putaran thawaf."

      "Aku melihat 'Umar bin al-Khaththab Radhiallaahu anhu mencium Hajar Aswad dan ber-kata: 'Kalau saja bukan karena aku melihat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.'"
·         Sujud diatas Hajar Aswad berdasarkan hadits 'Abdullah bin 'Umar, ia berkata:
      "Aku melihat 'Umar bin al-Khaththab mencium Hajar Aswad dan beliau sujud diatasnya, lalu beliau kembali menciumnya dan sujud diatasnya lagi, kemudian berkata: 'Beginilah aku melihat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam .'"
·         Bertakbir (mengucapkan "Allaahu Akbar",-Pent) pada setiap kali tiba di Hajar Aswad berdasarkan hadits 'Ab-dullah bin 'Abbas Radhiallaahu anhu , ia berkata:
      "Nabi Shalallaahu alaihi wasalam melakukan thawaf di Baitul-lah dengan menunggang seekor unta, setiap kali tiba di Hajar Aswad beliau memberikan isyarat kepadanya dengan sesuatu yang ada padanya dan beliau bertakbir."
·         Berlari-lari kecil pada tiga putaran per-tama thawaf qudum (thawaf umrah).

      Dari 'Abdullah bin 'Umar Radhiallaahu anhu, ia berkata:

      "Bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam apabila thawaf di Baitullah, thawaf yang pertama (thawaf qudum,-Pent), beliau berlari-lari kecil pada tiga putaran dan berjalan (biasa) pada empat putaran (terakhir,-Pent) dari Hijr ke Hijr."
·         Mengusap Rukun Yamani berdasarkan hadits 'Abdullah bin 'Umar Radhiallaahu anhu , dia berkata:
      "Aku tidak pernah melihat Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengusap bagian dari Baitullah (Ka'bah, -Pent), kecuali dua rukun Yamani."
·         Ketika berjalan (dalam thawaf) antara rukun Yamani dan Hajar Aswad, membaca do'a dibawah ini:
      "Ya Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa api Neraka."
·         Shalat dua rakaat sesudah thawaf dibelakang maqam Ibrahim, berdasarkan hadits 'Abdullah bin 'Umar Radhiallaahu anhu, ia berkata:


      "Rasulullah tiba (di Makkah,-Pent) lalu melakukan thawaf mengelilingi Baitullah tujuh kali, kemudian shalat di belakang maqam Ibrahim dua rakaat dan thawaf antara Shafa dan Marwah, dan (Ibnu 'Umar) berkata: 'Sesungguh-nya pada (diri) Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam terdapat suri teladan yang baik bagi kamu.'"
·         Membaca : “Wattakhidzuu mimmaqaami Ibraahiima mushalla”  di maqam Ibrahim sebelum melaksanakan shalat dua rakaat.
·          Membaca surat “Al-ikhlas dan Al-Kaafiruun” pada waktu sunnah thawaf.

      Dua point terakhir ini berdasarkan hadits Jabir Radhiallaahu anhu ketika menceritakan tentang sifat/cara haji Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam :

      "Bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ketika sampai di maqam Ibrahim  beliau membaca...
·         Beriltizam (meletakkan dada, wajah (pipi) dan kedua tangan) pada tembok Ka'bah yang berada di antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah, berdasarkan hadits 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata:
      "Aku pernah thawaf bersama 'Abdullah bin 'Amr, maka ketika selesai menger-jakan thawaf 7 putaran, kami shalat dibelakang Ka'bah, lalu kukatakan (padanya): 'Tidakkah engkau mohon perlindungan kepada Allah dari siksaan api Neraka?' Ia berkata: 'Aku berlin-dung kepada Allah dari siksaan api Neraka.' Lalu dia ('Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash, -Pent) terus berjalan kemudian mengusap Hajar Aswad, lalu berdiri di antara Hajar Aswad dan pintu (Ka'bah,-Pent) serta menempelkan dada dan kedua tangannya serta pipinya padanya (pada dinding Ka'bah,-Pent), lalu ia ber-tutur: 'Beginilah aku melihat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berbuat.'"
·         Usai melaksanakan shalat sunnah tha-waf, minum air zam-zam dan menu-angkannya diatas kepala, berdasarkan pada hadits Jabir bin 'Abdillah Radhiallaahu anhu , bahwasanya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam melakukan hal itu. Lagi pula Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda:
      "Air zam-zam (akan bermanfat) sesuai dengan apa yang diniati ketika di-minum."
·         Setelah minum air zam-zam kembali ke Hajar Aswad, lalu bertakbir dan menciumnya jika memungkinkan, namun jika tidak, maka cukup dengan mengusapnya lalu mencium tangan yang mengusapnya, dan jika tidak dapat mengusapnya, cukup dengan memberi isyarat kepadanya.
4.      Sunnah sunnah sa’I
·         Ketika mendekati bukit Shafa, membaca:
      "Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi'ar Allah. Maka barang-siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara kedua-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, sesungguhnya Allah Mahamensykuri kebaikan lagi Mahamengetahui."
Kemudian mengucapkan:

      نَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ


      "Kami memulai dengan apa yang di-mulai oleh Allah."
·         Menaiki bukit Shafa lalu menghadap kearah kiblat dan mengucapkan:

     3x (اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أكْبَرُ )

      لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَ يُمِيْتُ وَهُوَ

      عَلَى كُلِّ شَىءٍ قَدِيْرٌ

      لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَحَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ

·         Setelah membaca bacaan tersebut, ber-do'a kepada Allah dengan do'a apa saja yang dikehendaki. Ulangi bacaan ini tiga kali dan berdo'a di antara peng-ulangan-pengulangan itu.
·         Berlari di antara dua tanda (lampu hijau) dengan lari cukup keras.
·         Jika seorang membaca do'a dibawah ini tatkala melaksanakan sa'i, maka tidaklah mengapa, karena telah diri-wayatkan secara shahih dari sejumlah salaf bahwa mereka membacanya, yaitu:

      رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ إِنَّكَ أَنْتَ اْلأَعَزُّ اْلأَكْرَمُ

      "Ya Rabb-ku ampuni dan rahmatilah (aku). Sesungguhnya Engkaulah yang paling Perkasa dan paling Mulia."

0 comments:

Post a Comment